Walau
sejak awal pergantian millennium sudah ada perhatian terhadap masalah-masalah
kemiskinan dan kebodohan, bahkan sudah pula dicanangkan Millenium Development
Goals (MDGs), namun yang namanya kemiskinan, kebodohan, dan ketimpangan masih terjadi, bahkan lebih parah. Tahun 2008
adalah krisis 3F (Food, Fuel, and Financial). Gejolak moneter dan harga-harga
membuat orang bingung, sebagian depresi, gila, dan bahkan ada yang bunuh diri.
Semua ini mencerminkan mazab pasar bebas.
Spekulasi
di pasar saham dan komoditas terlalu banyak membawa korban hostile take over. Dengan demikian, akar krisis tidak hanya
minimnya peralatan yang dapat digunakan untuk mengontrol sector keuangan,
melainkan sifat rakus yang berkembang dalam system kapitalis. Dalam system yang
dikendalikan oleh keserakahan, fluktuasi dan instabilitas adalah sebuah
keniscayaan.
Melihat
kenyataan yang ada, makin banyak orang yang percaya bahwa system ekonomi
kapitalisme memiliki cacat bawaan, terbukti berbagai krisis melanda system itu
secara periodik. Pada saat terjadinya great depression tahun 30-an, GNP Amerika
serikat anjlok dari 104 miliar dolar AS Tahun 1929 menjadi 56 miliar dolar AS
tahun 1933. Sembilan juta rekening tabungan hilang karena bank-bank runtuh, dan
sekitar 30 juta dolar AS asset finansial hilang saat pasar bursa ambruk.
Setelah great depression yang terjadi tahun 30-an, resesi global tahun
2008/2009 diperkirakan akan memecahkan rekor resesi terpanjang dan terparah.
Dampak
krisis ekonomi global tahun 2008/2009 tidak kalah dahsyatnya. Hingga awal
febuari 2009, skema stimulus yang disiapkan sejulah Negara dan institusi keuangan internasional tercatat mencapai
angka 4.301,4 miliar dolar AS, atau setara dengan Rp 500 triliun. Untuk
mengantisipasi kerugian, banyak perusahaan yang melakukan pemotongan gaji
karyawan. Melihat begitu rentannya perekonomian global, empat Negara utama di
Eropa, yaitu Prancis, Inggris, Jerman, dan Italia menggagas suatu pertemuan
yang lebih menyeluruh untuk mengkaji ulang system ekonomi.
Makin
seringnya terjadi krisis finansial dan moneter mengundang orang mengkaji
kembali keberadaan pasar odal dan pasar uang (Faneli, 1998). Suatu hal yang
ganjil, semua orang- termasuk di Negara-negara yang mayoritas penduduknya
beragama islam- hanya berbicara tentang besarnya krisis. Tetapi tidak ada yang
membaha lebih dalam apa sesungguhnya pemicu utama yang menimbulkan krisis
tersebut. Menurut sebagian pakar, yang sesungguhnya menjadi penyebab adalah
dipaksakannya free market liberalization oleh
IMF dan World Bank ke seluruh dunia, dan kita ikut tanpa reserve. Padahal, system kapitalis bukanlah system terbaik,
sebagaimana yang diagung-agungkan para pendukungnya selama ini. System ini
rentan terhadap gejolak dan potensial menimbulkan krisis. Faktanya, system
kapitalisme telah menggiring manusia kea rah kemerosotan dan mengembalikan
manusia ke zaman kegelapan, kejahiliahan.
Pasar
modal dan pasar uang dianggap sebagai actor utama penyebab timbulnya krisis
moneter (Sach dan Radelet, 1998). Karena salah satu penyebab krisis adalah
lemahnya aturan dalam pasar uang, orang seperti Soros saja berpandangan bahwa
adalah keliru pendapat yang mengatakan bahwa pasar uang akan mengatur dirinya
sendiri. Untuk itu ia menyerukan perlunya pengaturan yang ketat dalam pasar uang
global. Lebih spesifik, Badan Pengawas Bursa Berjangka (Commodities Futures Trading Commission, CFTC) Amerika Serikat harus memperluas pengawasan
terhadap pasar minyak dan komoditas.
Dalam
salah satu seminar yang ditata oleh Bank Indonesia Pekanbaru pertengahan tahun
2008, pakar ekonomi Tony Prasetiantono juga menyarankan agar spekulasi agak
lebih diawasi, terutama di pasar komoditas. Penulis yang kebetulan ikut menjadi
pembicara dengan tegas mengatakan bahwa apa yang disarankan oleh Tony
Prasetiantono tidak cukup. Spekulasi tidak sekedar diawasi, melainkan dilarang
sama sekali, sebab dampak yang bias ditimbulkannya bias tanpa batas, yang dapat
di kategorikan sebagai “crimes against humanity”.
Seringnya
terjadi kejahatan keuangan sekaligus menegaskan lemahnya pengawasan sektor
keuangan Amerika Serikat. Masa perusahaaan besar Madoff Investment Securities
atau Citibank tidak diaudit oleh auditor terpercaya? Apakh badan pengawas pasar
modal tidak bekerja? Menurut pakar-pakar ekonomi Islam, persoala sesungguhnya
bukan masalah tidak adanya audit atau tidak bekerjanya badan pengaas pasar
modal, melainkan terletak dalam system kapitalis itu sendiri, dimana uang bias
digunakan untuk menghasilkan uang lewat pasar modal.
Kalau
kita perhatikan, semua ini terjadi karena sudah berubahnya fungsi uang. Dalam
ajaran filsuf zaman Yunani kuno, juga ajaran Islam dan Kristen, fungsi uang
terbatas sebagai alat tukar dan motif berjaga-jaga . Akan tetapi, Sejak era
Keynes, uang juga berfungsi sebagai alat spekulasi. Spekulasi dilakukan di commodity market, stock market maupun foreing exchange (valas), dan
financial instrument. Sebagai dampak ajaran Keynes, dan semakin berkembangnya
pasar finansial dan pasar modal, makin banyak orang menggunakan uang untuk
spekulasi di pasar uang dan pasar modal.
Perbuatan
memperdagangkan uang dengan uang sudah berabad-abad lalu dilarang dalam islam.
Sebagaimana dijelaskan al-Ghazali dalam buku Ihya-Ulumuddin, memperdagangkan uang dengan uang sama artinya
dengan memenjarakan uang itu sehingga fungsinya sebagai alat tukar tidak bisa
dilakukan dengan baik. Semakin banyak uang yang diperdagangkan, makin sedikit
yang bisa digunakan sebagai alat tukar dalam bertransaksi. Sayang, larangan
penggunaan uang sebagai alat melakukan spekulasi tidak digubris oleh kaum
kapitalis. Orang semakin banyak memainkan uangnya dipasar uang dan pasar modal.
Sejak itu, sector moneter tidak lagi terkait dengan sector riil.
Apa
akibatnya jika harga sector moneter tidak terkait dengan sector riil?
Perekonomian mudah diguncang. Yang jelas, harga saham tidak ditentukan oleh
kinerja secara riil, melainkan oleh permintaan dan penawaran. Hal ini potensial
mengundang bahaya, sebab permintaan dan penawaran saham bisa direkayasa. Banyak
cara untuk merekayasa harga saham, salah satunya melalui insider trading.
Melalui insider trading memang terjadi perubahan dalam permintaan atau
penawaran, akan tetapi perubahan tersebut bersifat semu, karena dilakukan oleh
perusahaan yang dimiliki oleh orang yang sama. Akibat rekayasa dalam permintaan
dan penawaran, maka harga saham bisa menggelembung seketika, atau kempes dalam
hitungan detik. Oleh karena itu, pasar modal dan pasar uangnyalah yang perlu
reformasi. Untuk itu hanya ada satu jalan, yaitu bahwa peran uang harus
dikembalikan ke fungsinya semula sebagai alat tukar, bukan alat menciptakan
uang.
Saying,
peringatan demi peringatan yang diberikan para ulama maupun pakar tidak pernah
diindahkan. Ini yang menyebabkan terjadinya krisis ekonomi global tahun
2008/2009, yang berawal dari amerika serikat, merembet ke anada, spanyol,
irlandia, italia, inggris menyusul jepang, jerman, prancis, dan tentu saja juga
Negara-negara kecil lainnnya, tidak terkecuali Indonesia. Pendeknya, krisis
ekonomi di amerika serikat telah membuat sengsara seluruh perekonomian dan
rakyat di penjuru dunia.
Bahwa
semua masyarakat akan terkena dampak jika manusia lari dari ketentuan yang ada
dlam al-Quran sudah diperingatkan Allah SWT dalam surat Al-Maidah 5:50, “apakah
hokum jahiliyah yang mereka kehendaki? Hukum siapakah yang lebih baik daripada
hokum Allah bagi orang-orang yang yakin?”. Dalam ayat lain Allah SWT juga
mengeluarkan ancaman: “siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, sesungguhnya
baginya penghidupan yang sempit” (QS, Thaha 20: 124).
Krisis
ekonomi dan keuangan global yang terjadi berulang-ulang di Negara-negara
kapitalis mungkin menjadi petunjuk bagi
masyarakat Indonesia, bahkan duni, untuk meninggalkan neo-liberal.
Adapun pilihan yang masuk akal dan cerdas menurut pakar-pakar ekonomi islam
adalah meninggalkan system bobrok tersebut dan bergerak kearah ekonomi syariah yang lebih adil. Hal ini tidak hanya
diserukan orang-orang islam, tetapi orang-orang non-muslim. Contohnya, Murad
Wilfried Hofmann, mantan diplomat Jerman, menyatakan bahwa ‘Islam the alternative’. System ini akan memanusiakan kembali
manusia, mengatur dunia ini sesuai dengan fitrah penciptaan manusia serta
membawa manusia pada kemuliaannya.
No comments:
Post a Comment