1. Permintaan Uang untuk tujuan Transaksi
Individu atau perusahaan memerlukan uang
kas untuk membelanjai transaksi. Trans aksi ini sering terjadi tidak
bersamaan waktunya dengan penerimaan uang. Pengeluaran ini seringkali
tidak bis a diperkirakan terlebih dahulu, sehingga sangat diperlukan
adanya uang kas di tangan. Meskipun seandainya pengeluaran dan
penerimaan itu dapat diperkirakan dengan tepat, namun uang kas di tangan
tetap diperlukan. Sebab, penerimaan yang diharapkan mungkin tidak jadi
diterima, atau pengeluaran untuk transaksi yang sangatpenting perlu
dilakukan sebelum penerimaan datang, atau mungkin suatutransaksi yang
memberikan keuntungan besar sangat menarik untuk dilakukan sebelum
penerimaan datang dan sebagainya.
Keynes menyatakan, bahwa permintaan uang
kas untuk tujuan transaksi ini tergantung dari pendapatan. Makin tinggi
tingkat pendapatan seseorang, makin besar keinginan akan uang kas untuk
transaksi. Seseorang atau masyarakat yang tingkat pendapatannya tinggi,
biasanya melakukan transaksi yang lebih banyak dibanding seseorang atau
masyarakat yang pendapatannya lebih rendah.
2. Permintaan Uang untuk tujuan Spekulasi
Keynes juga menyadari bahwa masyarakat
menghendaki jumlah uang kas yang lebih dari kebutuhannya untuk keperluan
transaksi, karena. Namun demikian, Keynes memfokuskan analisisnya pada
permintaan uang untuk spekulasi. Menurut Keynes, orang bersedia memegang
uang melebihi kebutuhan untuk transaksi. Hal ini karena uang merupakan
salah satu bentuk kekayaan. Uang kasyang disimpan ini memenuhi fungsi
uang sebagai alat penimbun kekayaan (store-of-value). Dalam istilah yang lebih modem sering disebut: permintaan uang untuk penimbun kekayaan (asset demand for money).
Besarnya permintaan uang untuk tujuan
spekulasi ini, menurut Keynes, ditentukan oleh perbandingan hasil dari
bentuk kekayaan yang lain. Misalnya adadua bentuk kekayaan, Uang (Money M) dan Obligasi (Bond B). Apabila
memegang uang, maka hasil yang diperoleh tidak ada namun memperoleh
kemudahan untuk melakukan transaksi. Dengan memegang Obligasi, seseorang
akan memperoleh bunga. Dengan demikian semakin tinggi tingkat bunga
makin rendah keinginan masyarakat memegang uang kas untuk tujuan/motif
spekulasi. Alasannya, pertama apabila tingkat bunga naik, berarti ongkos memegang uang kas (opportunity cost of holding money) makin
besar/tinggi, orang lebih baik memegang obligasi. Keinginan masyarakat
akan uang kas akan makin kecil. Sebaliknya, makin rendah tingkat bunga
makin besar keinginan masyarakat untuk menyimpan uang kas. Kedua, hipotesis
Keynes bahwa masyarakat menganggap akan adanya tingkat bunga “normal”
berdasar pengalaman, terutama pengalaman tingkat bunga yang baru-baru
terjadi. Tingkat bunga normal artinya suatu tingkat bunga yang
menyebabkan masing-masing orang bersikap indifferent (tidak
acuh) apakah ia memegang uang atau obligasi. Selain itu, setiap terjadi
perubahan(penyimpangan), tingkat bunga diharapkan akan kembali ke
tingkat bunga normal ini. Jadi, apabila tingkat bunga kenyataannya
berada di atas tingkat normal, maka masyarakat akan mengharapkan tingkat
bunga tidak akan naik lagi, bahkan diperkirakan akan turun/kembali ke
tingkat bunga normal tersebut. Nah apabilapada suatu saat tingkat bunga
berada di atas tingkat bunga normal maka seluruh uang yang dialokasikan
untuk spekulasi akan diwujudkan dalam bentuk obligasidan pada saat
tingkat bunga berada di bawah tingkat bunga normal ia akan memegang kas
seluruhnya.
No comments:
Post a Comment