Tuesday, 16 December 2014

Permintaan Uang untuk tujuan Transaksi dan Spekulasi

 1. Permintaan Uang untuk tujuan Transaksi

              Individu atau perusahaan memerlukan uang kas untuk membelanjai transaksi. Trans aksi ini sering terjadi tidak bersamaan waktunya dengan penerimaan uang. Pengeluaran ini seringkali tidak bis a diperkirakan terlebih dahulu, sehingga sangat diperlukan adanya uang kas di tangan. Meskipun seandainya pengeluaran dan penerimaan itu dapat diperkirakan dengan tepat, namun uang kas di tangan tetap diperlukan. Sebab, penerimaan yang diharapkan mungkin tidak jadi diterima, atau pengeluaran untuk transaksi yang sangatpenting perlu dilakukan sebelum penerimaan datang, atau mungkin suatutransaksi yang memberikan keuntungan besar sangat menarik untuk dilakukan sebelum penerimaan datang dan sebagainya.

         Keynes menyatakan, bahwa permintaan uang kas untuk tujuan transaksi ini tergantung dari pendapatan. Makin tinggi tingkat pendapatan seseorang, makin besar keinginan akan uang kas untuk transaksi. Seseorang atau masyarakat yang tingkat pendapatannya tinggi, biasanya melakukan transaksi yang lebih banyak dibanding seseorang atau masyarakat yang pendapatannya lebih rendah.

  2. Permintaan Uang untuk tujuan Spekulasi

          Keynes juga menyadari bahwa masyarakat menghendaki jumlah uang kas yang lebih dari kebutuhannya untuk keperluan transaksi, karena. Namun demikian, Keynes memfokuskan analisisnya pada permintaan uang untuk spekulasi. Menurut Keynes, orang bersedia memegang uang melebihi kebutuhan untuk transaksi. Hal ini karena uang merupakan salah satu bentuk kekayaan. Uang kasyang disimpan ini memenuhi fungsi uang sebagai alat penimbun kekayaan (store-of-value). Dalam istilah yang lebih modem sering disebut: permintaan uang untuk penimbun kekayaan (asset demand for money).

             Besarnya permintaan uang untuk tujuan spekulasi ini, menurut Keynes, ditentukan oleh perbandingan hasil dari bentuk kekayaan yang lain. Misalnya adadua bentuk kekayaan, Uang (Money M) dan Obligasi (Bond B). Apabila memegang uang, maka hasil yang diperoleh tidak ada namun memperoleh kemudahan untuk melakukan transaksi. Dengan memegang Obligasi, seseorang akan memperoleh bunga. Dengan demikian semakin tinggi tingkat bunga makin rendah keinginan masyarakat memegang uang kas untuk tujuan/motif spekulasi. Alasannya, pertama apabila tingkat bunga naik, berarti ongkos memegang uang kas (opportunity cost of holding money) makin besar/tinggi, orang lebih baik memegang obligasi. Keinginan masyarakat akan uang kas akan makin kecil. Sebaliknya, makin rendah tingkat bunga makin besar keinginan masyarakat untuk menyimpan uang kas. Kedua, hipotesis Keynes bahwa masyarakat menganggap akan adanya tingkat bunga “normal” berdasar pengalaman, terutama pengalaman tingkat bunga yang baru-baru terjadi. Tingkat bunga normal artinya suatu tingkat bunga yang menyebabkan masing-masing orang bersikap indifferent (tidak acuh) apakah ia memegang uang atau obligasi. Selain itu, setiap terjadi perubahan(penyimpangan), tingkat bunga diharapkan akan kembali ke tingkat bunga normal ini. Jadi, apabila tingkat bunga kenyataannya berada di atas tingkat normal, maka masyarakat akan mengharapkan tingkat bunga tidak akan naik lagi, bahkan diperkirakan akan turun/kembali ke tingkat bunga normal tersebut. Nah apabilapada suatu saat tingkat bunga berada di atas tingkat bunga normal maka seluruh uang yang dialokasikan untuk spekulasi akan diwujudkan dalam bentuk obligasidan pada saat tingkat bunga berada di bawah tingkat bunga normal ia akan memegang kas seluruhnya.

No comments:

Post a Comment