JUDUL : PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI DAN PEMERATAAN PENDAPATAN DI INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Bagi masyarakat
awam, pertumbuhan ekonomi tidak terlalu penting. Ini karena bagi mereka yang
terpenting apakah kehidupan sudah beranjak, misalnya, tidak miskin lagi alias
lebih makmur dibandingkan dengan masa sebelumnya.
Tidak pernah
menjadi risau ketika pertumbuhan ekonomi yang dicapai itu salah sasaran alias
hanya dinikmati oleh kelompok tertentu. Ini karena adanya distribusi yang tidak
merata. Atau bahkan ada anggapan bahwa ketimpangan perolehan kekayaan yang
bermuara pada kemiskinan hanya dinilai sebagai kondisi sementara. Yang penting,
indikator makro di atas kertas selalu menunjukkan performa bagus.
Tetapi
pemberantasan kemiskinan sebenarnya justru merupakan kondisi penting atau
syarat yang harus diadakan guna menunjang pertumbuhan ekonomi. Bagaimana pun,
bertambahnya penduduk miskin mendorong taraf hidup yang rendah, sehingga akan
menurunkan produktivitas mereka yang pada gilirannya ekonomi nasional menurun
dan akhirnya mendorong melambatnya pertumbuhan ekonomi.
Padahal, kalau
strategi ditekankan pada pemerataan pendapatan dan pengurangan angka
kemiskinan, maka taraf hidup masyarakat secara keseluruhan akan meningkat,
sehingga mendorong permintaan barang primer dan sekunder yang dapat dihasilkan
oleh perekonomian nasional.
Ini pada
gilirannya menunjang makin melajunya pertumbuhan ekonomi melalui kenaikan
permintaan barang lokal dari hasil produksi industri lokal, selanjutnya
mendorong penciptaan lapangan kerja dan investasi. Bandingkan jika kenaikan
pendapatan hanya terjadi pada si kaya dan yang miskin tetap miskin atau justru
bertambah miskin, maka golongan kaya akan mengonsumsi barang tersier yang
umumnya merupakan barang impor.
Jika kesenjangan
pendapatan terus berlangsung, maka akan tercipta disinsentif material dan
psikologis yang pada gilirannya menghambat kemajuan ekonomi. Padahal, sudah
pasti pemerintah bersusah payah melakukan serangkaian strategi guna menyajikan
kemakmuran masyarakat.
Karena
itu, strategi pembangunan yang terlalu mengagungkan pertumbuhan ekonomi dan
kurang penekanan pemerataan pendapatan dan pengurangan angka kemiskinan perlu
dipikir ulang. Ini karena pemerataan pendapatan adalah suatu alat yang efektif
untuk pemberantasan kemiskinan yang merupakan tujuan utama dari pembangunan
ekonomi.
Perumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, ada beberapa pokok
permasalahan yang akan kami bahas, antara lain sebagai berikut :
a 1.Ciri-ciri dan ukuran pertumbuhan ekonomi
2. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
c 3. Elemen-elemen yang
memacu pertumbuhan ekonomi
d 4. Ketidakmerataan
distribusi pendapatan
e 5. Upaya mengatasi pengangguran
dan kemiskinan
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
PERTUMBUHAN
EKONOMI
A. Definisi
Menurut Boediono :
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita yang terus-menerus
dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan
produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian
dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil.
Definisi
pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada
kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf
hidup diukur dengan output riil per orang. Pertumbuhan ekonomi dalam bahasa
inggris diistilahkan dengan economic growth mengandung pengertian proses
kenaikan output per kapita dalam jangka panjang atau perubahan tingkat kegiatan
ekonomi yang terjadi Dari tahun ke tahun.
Model pembangunan yang dilakukan Indonesia pada masa
awal orde baru diprioritaskan pada pertumbuhan ekonomi. Tujuannya adalah untuk
mengatrol kondisi ekonomi yang sedang jatuh pada masa itu. Cara yang paling
cepat adalah dengan cara konglomerasi yaitu mendorong peningkatan investasi dan
pembangunan dengan padat modal. Sedangkan prioritas kedua adalah pada
stabilisasi, karena tanpa adanya stabilisasi maka pembangunan tidak akan
berlangsung dengan baik. Itulah sebabnya mengapa pemerintah Indonesia pada masa
itu menetapkan stabilisasi sebagai salah prioritas utama dalam pelaksanaan
pembangunan. Sedangkan pemerataan pembangunan dan hasil – hasilnya justru
menjadi prioritas ketiga.
B. Ciri-ciri dan Ukuran pertumbuhan
ekonomi
1) Kenaikan
penawaran tenaga kerja
Penawaran
tenaga kerja yang meningkat dapat menghasilkan keluaran yang lebih banyak. Jika
stok modal tetap sementara tenaga kerja naik, tenaga kerja baru cenderung akan
kurang produktif dibandingkan tenaga kerja lama. Penurunan produktivitas itu
disebut hasil (per unit masukan) yang menurun (diminshing returns). Hasil (per
unit masukan) yang berkurang dapat terjadi jika stok modal suatu bangsa
bertumbuh lebih lamban dari angkatan kerjanya.
2) Kenaikan
modal fisik
Kenaikan
stok modal dapat juga menaikkan keluaran, bahkan jika tidak disertai oleh
kenaikan angkatan kerja. Modal fisik menaikkan baik produktivitas tenaga kerja
maupun menyediakan secara langsung jasa yang bernilai. Adalah mudah untuk
melihat bagaimana modal menyediakan jasa secara langsung.
3)
Kenaikan modal SDM
Perusahaan
dapat melakukan investasi dalam modal SDM melalui pelatihan d tempat kerja (on
the job training). Pemerintah melakukan investasi dalam modal SDM dengan
melakukan program-program untuk menyediakan kesehatan dan memberikan pelatihan
kerja dan pendidikan sekolah.
4) Kenaikan produktivitas
Pertumbuhan yang tidak dapat
dijelaskan oleh kenaikan kuantitas masukan dapat dijelaskan hanya dengan
kenaikan produktivitas masukan tersebut – setiap unit masukan tertentu
memproduksi lebih banyak keluaran. Produktivitas masukan dapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor temasuk perubahan teknologi, kemajuan pengetahuan lain, dan
ekonomisnya skala produksi.
Apakah yang
menjadi alat yang bisa digunakan untuk mengetahui adanya pertumbuhan ekonomi
suatu negara? Menurut M. Suparko dan Maria R. Suparko ada beberapa macam alat
yang dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi yaitu :
1) Produk
Domestik Bruto PDB adalah jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dalam
harga pasar. Kelemahan PDB sebagai ukuran pertumbuhan ekonomi adalah sifatnya
yang global dan tidak mencerminkan kesejahteraan penduduk.
2) PDB per
Kapita atau Pendapatan Perkapita PDB per kapita merupakan ukuran yang lebih
tepat karean telah memperhitungkan jumlah penduduk. Jadi ukuran pendapatn
perkapita dapat diketahui dengan membagi PDB dengan jumlah penduduk.
3) Pendapatan
Per jam Kerja Suatu negara dapat dikatakan lebih maju dibandingkan negara lain
bila mempunyai tingkat pendapatan atau upah per jam kerja yang lebih tinggi
daripada upah per jam kerja di negara lain untuk jenis pekerjaan yang sama
C. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
1) Faktor
Sumber Daya Manusia, Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi
juga dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting
dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada
sejauhmana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi
yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan.
2) Faktor
Sumber Daya Alam, Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya
alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya alam
saja tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak
didukung oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam
yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah,
kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.
3) Faktor Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semakin pesat mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola
kerja yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin
canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian
aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada
percepatan laju pertumbuhan perekonomian.
4) Faktor
Budaya, Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi
yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong
proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya
yang dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja
cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses
pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.
5) Sumber Daya
Modal, Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan
kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting
bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal
juga dapat meningkatkan produktivitas. Dua hal esensial harus dilakukan untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi adalah, pertama sumber-sumber yang harus digunakan
secara lebih efisien. Ini berarti tak boleh ada sumber-sumber menganggur dan
alokasi penggunaannya kurang efisien. Yang kedua, penawaran atau jumlah
sumber-sumber atau elemen-elemen pertumbuhan tersebut haruslah diusahakan
pertambahannya
D. Elemen-elemen yang
memacu pertumbuhan ekonomi tersebut
1) Sumber-sumber
Alam. Elemen ini meliputi luasnya tanah, sumber mineral dan tambang, iklim, dan
lain-lain. Beberapa negara sedang berkembang sangat miskin akan sumber-sumber
alam, sedikitnya sumber-sumber alam yang dimiliki meruoakan kendala cukup
serius. Dibandingkan dengan sedikitnya kuantitas serta rendahnya persediaan
kapital dan sumber tenaga manusia maka kendala sumber alam lebih serius.
2) Sumber-sumber
Tenaga Kerja. Masalah di bidang sumber daya manusia yang dihadapi oleh
negara-negara sedang berkambang pada umumnya adalah terlalu banyaknya jumlah
penduduk, pendayagunaannya rendah, dan kualitas sumber-sumber daya tenaga kerja
sangat rendah.
3) Kualitas
Tenaga Kerja. Kualitas tenaga kerja yang rendah negara-negara sedang berkembang
tak mampu mengadakan investasi yang memadai untuk menaikkan kualitas sumber
daya manusia berupa pengeluaran untuk memelihara kesehatan masyarakat serta
untuk pendidikan dan latihan kerja.
4) Akumulasi
Kapital. Untuk mengadakan akumulasi kapital diperlukan pengorbanan atau
penyisihan konsumsi sekarang selama beberapa decade. Di negara sedang
berkembang, tingkat pendapatan rendah pada tingkat batas hidup mengakibatkan
usaha menyisihkan tabungan sukar dilakukan. Akumulasi kapital tidak hanya
berupa truk, pabrik baja, plastik dan sebagainya; tetapi juga meliputi
proyek-proyek infrastruktur yang merupakan prasyarat bagi industrialisasi dan
pengembangan serta pemasaran produk-produk sektor pertanian. Akumulasi kapital sering
kali dipandang sebagai elemen terpenting dalam pertumbuhan ekonomi. Usaha-usaha
untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan memusatkan pada
akumulasi kapital. Hal ini karena, pertama, hampir semua negara-negara
berkembang mengalami kelangkaan barang-barang kapital berupa mesi-mesin dan
peralatan produksi, bangunan pabrik, fasilitas umum dan lain-lain. Kedua,
penambahan dan perbaikan kualitas barang-barang modal sangat penting karena
keterbatasan tersedianya tanah yang bisa ditanami.
1.
DISTRIBUSI
DAN PEMERATAAN PENDAPATAN
A. Definisi distribusi
pendapatan
Pada umumnya
ada 3 macam indikator distribusi pendapatan yang sering digunakan dalam
penelitian. Pertama, indikator distribusi pendapatan perorangan. Kedua, kurva
Lorenz. Ketiga, koefisien gini. Masing-masing indikator tersebut mempunyai
relasi satu sama lainnya. Semakin jauh kurva Lorenz dari garis diagonal maka
semakin besar ketimpangan distribusi pendapatannya. Begitu juga sebaliknya,
semakin berimpit kurva Lorenz dengan garis diagonal, semakin merata distribusi
pendapatan. Sedangkan untuk koefisien gini, semakin kecil nilainya, menunjukkan
distribusi yang lebih merata. Demikian juga sebaliknya. Kuznets (1995) dalam
penelitiannya di negara-negara maju berpendapat bahwa pada tahap-tahap pertumbuhan
awal, distribusi pendapatan cenderung memburuk, namun pada tahap-tahap
berikutnya hal itu akan membaik. Penelitian inilah yang kemudian dikenal secara
luas sebagai konsep kurva Kuznets U terbalik. Sementara itu menurut Oshima
(1992) bahwa negara-negara Asia nampaknya mengikuti kurva Kuznets dalam
kesejahteraan pendapatan. Ardani (1992) mengemukakan bahwa
kesenjangan/ketimpangan antar daerah merupakan konsekuensi logis pembangunan
dan merupakan suatu tahap perubahan dalam pembangunan itu sendiri.
1) Distribusi
ukuran
Distribusi
ukuran adalah besar atau kecilnya pendapatan yang diterima masing-masing orang.
Distribusi pendapatan perseorangan (personal distribution of income) atau
distribusi ukuran pendapatan (size distribution of income) merupakan indikator
yang paling sering digunakan oleh para ekonom. Ukuran ini secara langsung
menghitung jumlah penghasilan yang diterima oleh setiap individu atau rumah
tangga. Yang diperhatikan di sini adalah seberapa banyak pendapatan yang
diterima seseorang, tidak peduli dari mana sumbernya, entah itu bunga simpanan
atau tabungan, laba usaha, utang, hadiah ataupun warisan. Berdasarkan
pendapatan tersebut, lalu dikelompokkan menjadi lima kelompok, biasa disebut
kuintil (quintiles) atau sepuluh kelompok yang disebut desil (decile) sesuai
dengan tingkat pendapatan mereka, kemudian menetapkan proporsi yang diterima
oleh masing-masing kelompok. Selanjutnya dihitung berapa % dari pendapatan
nasional yang diterima oleh masing-masing kelompok, dan bertolak dari
perhitungan ini mereka langsung memperkirakan tingkat pemerataan atau tingkat
ketimpangan distribusi pendapatan di masyarakat atau negara yang bersangkutan.
2) Kurva
lorenz
Sumbu
horizontal menyatakan jumlah penerimaan pendapatan dalam persentase kumulatif.
Misalnya, pada titik 20 kita mendapati populasi atau kelompok terendah
(penduduk yang paling miskin) yang jumlahnya meliputi 20 persen dari jumlah
total penduduk. Pada titik 60 terdapat 60 persen kelompok bawah, demikian
seterusnya sampai pada sumbu yang paling ujung yang meliputi 100 persen atau
seluruh populasi atau jumlah penduduk. Sumbu vertikal menyatakan bagian dari
total pendapatan yang diterima oleh masing-masing persentase jumlah (kelompok)
penduduk tersebut. Sumbu tersebut juga berakhir pada titik 100 persen, sehingga
kedua sumbu (vertikal dan horisontal) sama panjangnya. GAMBAR KURVA LORENZ
Setiap titik yang terdapat pada garis diagonal melambangkan persentase jumlah
penerimanya (persentase penduduk yang menerima pendapatan itu terdapat total
penduduk atau populasi). Sebagai contoh, titik tengah garis diagonal
melambangkan 50 persen pendapatan yang tepat didistribusikan untuk 50 persen
dari jumlah penduduk. Titik yang terletak pada posisi tiga perempat garis
diagonal melambangkan 75 persen pendapatan nasional yang didistribusikan kepada
75 persen dari jumlah penduduk. Garis diagonal merupakan garis "pemerataan
sempurna" (perfect equality) dalam distribusi ukuran pendapatan.
Persentase pendapatan yang ditunjukkan oleh titik-titik di sepanjang garis
diagonal tersebut persis sama dengan persentase penduduk penerimanya terhadap
total penduduk. Kurva Lorenz memperlihatkan hubungan kuantitatif actual antara
persentase jumlah penduduk penerima pendapatan tertentu dari total penduduk
dengan persentase pendapatan yang benar-benar mereka peroleh dari total
pendapatan selama, misalnya, satu tahun. Sumbu horisontal dan sumbu vertikal
dibagi menjadi sepuluh bagian yang sama; sumbu vertikal mewakili kelompok atau
kategori (jumlah-jumlah) pendapatan, sedangkan sumbu yang horisontal
melambangkan kelompok-kelompok penduduk atau rumah tangga yang menerima
masing-masing dari kesepuluh kelompok pendapatan tersebut. Titik A menunjukkan
bahwa 10 persen kelompok terbawah (termiskin) dari total penduduk hanya
menerima 1,8 persen total pendapatan (pendapatan nasional). Titik B menunjukkan
bahwa 20 persen kelompok terbawah yang hanya menerima 5 persen dari total
pendapatan, demikian seterusnya bagi masing-masing 8 kelompok lainnya.
Perhatikanlah bahwa titik tengah, menunjukkan 50 persen penduduk hanya menerima
19,8 persen dari total pendapatan.
3) Indeks
atau rasio gini
Adalah suatu
koefesien yang berkisar dari angka 0 sampai 1 menjelaskan kadar kemertaan
distribusi pendapatan nasional. Semakin
kecil koefesiennya, pertanda semakin baik atau merata distribusi.
Dipihak lain, koefesien yang kian besar mengisyaratkan yang kian timpang atau
senjang.
4) Kriteria
bank dunia
Didasarkan
pada porsi pendapatan nasional yang dinikmati oleh tiga lapisan penduduk yakni
40% penduduk berpendapatan terendah, 40% penduduk berpendapatan menengah, 20%
penduduk berpendapatan tertinggi. Ketimpangan dan ketidakmerataan distribusi
dinyatakan parah apabila 40% penduduk berpendapatan terendah menikmati dari 12%
pendapatan nasional. Ketidakmerataan dianggap sedang bila 40% penduduk
termiskin menikmati 12 hingga 17% pendapatan nasional. Sedangkan 40% penduduk
yang berpendapatan terendah menikmati lebih dari 17% pendapatan nasional, maka
ketimpangan dan kesenjangan dikatakan lunak, distribusi pendapatan nasional
dianggap cukup merata.
B. Ketidakmerataan
distribusi pendapatan
1)
Ketidakmerataan
pendapatan nasional
Distribusi
atau pembagian pendapatan antarlapis pendapatan masyarakat dapat ditelaah
dengan mengamati perkembangan angka-angka rasio gini. Koefesien gini itu
sendiri, perlu dicatat, bukanlah merupakan indicator paling ideal tentang
ketidakmerataan distribusi pendapatan antarlapis. Namun setidak-tidaknya ia
cukup memberikan gambaran mengenai kecendrungan umum dalam pola pembagian
pendapatan.
2)
Ketidakmerataan
pendapatan spasial.
Ketidakmerataan
distribusi antarlapisan masyarakat bukan saja berlangsung secara nasional. Akan
tetapi hal itu dapat terjadi secara spasial. Di Indonesia pembagian pendapatan
relative lebih merata didaerah pedesaan daripada di daerah perkotaan.
Dibandingkan rasio gini antara desa dan kota untuk tahun-tahun yang sama,
koefesien lebih rendah untuk daerah pedesaan.
3)
Ketidakmerataan
pendapatan regional
Secara
regional atau antarwilayah, berlangsung pula ketidakmerataan distribusi
pendapatan antarlaisan masyarakat. Bukan hanya itu, diantara wilayah-wilayah di
Indonesia bahkan terdapat ketidakmerataan tingkat pendapatan itu sendiri. Jadi
dalam perspektif antarwilayah, ketidakmerataan terjadi baik dalam hal tingkat
pendapatan masyarakat antar wilayah yang satu dengan yang lain, maupun dalam
hal distribusi pendapatan dikalangan penduduk masing-masing wilayah.
1.
PENGANGGURAN
a.
Definisi
Pengangguran atau tuna
karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang
mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang
yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya
disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding
dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran
seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena
dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan
berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan
masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan
jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran
konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan.
Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang
buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu
tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan
dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat
jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di
negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal
istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya
bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
b.
Jenis dan macam pengangguran
1). Berdasarkan
jam kerja
Berdasarkan
jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam:
·
Pengangguran Terselubung (Disguised
Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena
suatu alasan tertentu.
·
Setengah Menganggur (Under
Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena
tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini
merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
·
Pengangguran Terbuka (Open
Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai
pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat
pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
2). Berdasarkan penyebab terjadinya
Berdasarkan
penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan menjadi 7 macam:
·
Pengangguran friksional (frictional
unemployment)
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang
sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi
geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerja tidak mampu
memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu
perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia
yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
·
Pengangguran konjungtural (cycle
unemployment)
Pengangguran konjungtoral adalah pengangguran yang
diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik-turunnya) kehidupan
perekonomian/siklus ekonomi.
·
Pengangguran struktural (structural
unemployment)
Pengangguran struktural adalah pengangguran yang
diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka
panjang. Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh beberapa kemungkinan,
seperti:
1.
Akibat permintaan berkurang
2.
Akibat kemajuan dan pengguanaan
teknologi
3.
Akibat kebijakan pemerintah
·
Pengangguran musiman (seasonal
Unemployment)
Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena
adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus
nganggur. Contohnya seperti petani yang
menanti musim tanam, pedagang durian yang
menanti musim durian.
·
Pengangguran siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang
menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga
kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
·
Pengangguran teknologi
Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang
terjadi akibat perubahan atau penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin.
·
Pengangguran siklus
Pengangguran siklus adalah pengangguran yang
diakibatkan oleh menurunnya kegiatan perekonomian karena terjadi resesi.
Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan masyarakat (aggrerate
demand).
c.
Akibat pengangguran
Ø
Bagi perekonomian negara
Ø Bagi
masyarakat
2.
KEMISKINAN
A. Definisi kemiskinan
1)
Menurut Badan Pusat Statistik
(2000), kemiskinan didefinisikan sebagai pola konsumsi yang setara dengan beras
320 kg/kapita/tahun di pedesaan dan 480 kg/kapita/tahun di daerah perkotaan.
2)
Poli (1993) menggambarkan kemiskinan
sebagai keadaan ketidakterjaminan pendapatan, kurangnya kualitas kebutuhan
dasar, rendahnya kualitas perumahan dan aset-aset produktif, ketidakmampuan
memelihara kesehatan yang baik, ketergantungan dan ketiadaan bantuan, adanya
perilaku antisosial (anti-social behavior), kurangnya dukungan jaringan untuk
mendapatkan kehidupan yang baik, kurangnya infrastruktur dan keterpencilan,
serta ketidakmampuan dan keterpisahan.
3)
Bappenas dalam dokumen Strategi
Nasional Penanggulangan Kemiskinan juga mendefinisikan masalah kemiskinan bukan
hanya diukur dari pendapatan, tetapi juga masalah kerentanan dan kerawanan
orang atau sekelompok orang, baik laki-laki maupun perempuan untuk menjadi
miskin
4)
Menurut Sutrisno (1993), ada
dua sudut pandang dalam memahami substansi kemiskinan di Indonesia. Pertama adalah kelompok pakar dan
aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang mengikuti pikiran kelompok agrarian
populism, bahwa kemiskinan itu hakekatnya, adalah masalah campur tangan
yang terlalu luas dari negara dalam kehidupan masyarakat pada umumnya,
khususnya masyarakat pedesaan. Dalam pandangan ini, orang miskin mampu
membangun diri mereka sendiri apabila pemerintah memberi kebebasan bagi
kelompok itu untuk mengatur diri mereka sendiri. Kedua, kelompok para pejabat, yang melihat inti dari masalah
kemiskinan sebagai masalah budaya. Orang menjadi miskin karena tidak memiliki
etos kerja yang tinggi, tidak meiliki jiwa wiraswasta, dan pendidikannya
rendah. Disamping itu, kemiskinan juga terkait dengan kualitas sumberdaya
manusia. Berbagai sudut pandang tentang kemiskinan di Indonesia dalam memahami
kemiskinan pada dasarnya merupakan upaya orang luar untuk memahami tentang
kemiskinan. Hingga saat ini belum ada yang mengkaji masalah kemiskinan dari
sudut pandang kelompok miskin itu sendiri.
5)
Levitan (1980)
mengemukakan kemiskinan adalah kekurangan barang-barang dan pelayanan-pelayanan
yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standar hidup yang layak.
6)
Faturchman dan Marcelinus Molo (1994)
mendefenisikan bahwa kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dan atau rumah
tangga untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
7)
Menurut Suparlan (1993)
kemiskinan didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu
adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang
dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang
bersangkutan.
8)
Friedman (1979)
mengemukakan kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk memformulasikan
basis kekuasaan sosial, yang meliptui : asset (tanah, perumahan, peralatan,
kesehatan), sumber keuangan (pendapatan dan kredit yang memadai), organisiasi
sosial politik yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai kepentingan bersama,
jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang atau jasa, pengetahuan dan
keterampilan yang memadai, dan informasi yang berguna. Dengan beberapa
pengertian tersebut dapat diambil satu poengertian bahwa kemiskinan adalah
suatu situasi baik yang merupakan proses maupun akibat dari adanya
ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungannya untuk kebutuhan
hidupnya.
9)
Specker (1993)
mengatakan bahwa kemiskinan mencakup beberapa hal yaitu :
a)
kekurangan fasilitas fisik bagi
kehidupan yang normal.
b)
gangguan dan tingginya risiko
kesehatan,
c)
risiko keamanan dan kerawanan
kehidupan sosial ekonomi dan lingkungannya,
d)
kekurangan pendapatan yang
mengakibatkan tidak bisa hidup layak, dan
e)
kekurangan dalam kehidupan sosial
yang dapat ditunjukkan oleh ketersisihan sosial, ketersisihan dalam
proses politik, dan kualitas pendidik yang rendah.
Masalah kemiskinan juga menyangkut
tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat miskin untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan bermartabat. Pemecahan masalah kemiskinan perlu
didasarkan pada pemahaman suara masyarakat miskin, dan adanya penghormatan,
perlindungan dan pemenuhan hak-hak mereka, yaitu hak sosial, budaya, ekonomi
dan politik.
B.
Ukuran
kemiskinan
1) Kemiskinan
Absolut Konsep kemiskinan pada umumnya selalu dikaitkan dengan pendapatan dan kebutuhan, kebutuhan tersebut hanya terbatas pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar ( basic need ). Kemiskinan
dapat digolongkan dua bagian yaitu:
a)
Kemiskinan untuk memenuhi bebutuhan
dasar.
b)
Kemiskinan untuk memenuhi kebutuhan
yang lebih tinggi.
2)
Kemiskinan Relatif
Menurut
Kincaid ( 1975 ) semakin besar ketimpang antara tingkat hidup orang kaya dan miskin maka semakin besar jumlah penduduk yang selalu miskin.
C. Faktor-faktor penyebab
kemiskinan
Ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi kemiskinan baik secara langsung
maupun tidak langsung, yaitu sebagai berikut :
maupun tidak langsung, yaitu sebagai berikut :
1)
Tingkat kemiskinan cukup banyak.
2)
Mulai dari tingkat dan laju
pertumbuhan output ( produktivitas tenaga kerja ).
3)
Tingkat inflasi.
4)
Tinggat Investasi.
5)
Alokasi serta kualitas sumber daya
alam.
6)
Tingkat dan jenis pendidikan.
7)
Etos kerja dan motivasi pekerja.
3.
UPAYA
MENGATASI PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN
v Upaya Mengatasi
Pengangguran
Untuk dapat
mengatasi masalah penganguran, hal yang dapat dilakukan adalah:
1.
Meningkatkan mobilitas modal dan tenaga kerja.
2.
Memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sektor yang kelebihan tenaga
kerja ke tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan tenaga kerja.
3. Memberikan
informasi yang cepat jika ada lowongan pekerjaan disektor lain.
4. Melakukan
pelatihan dibidang keterampilan lain,untuk memanfaatkan waktu hingga misum
tertentu.
5. Mendirikan
industri padat karya.
6.
Mengintensifkan program keluarga berencana.
7.
Membuka kesempatan bekerja ke luar negeri.
8. Mendorong
majunya pendidikan.
9.
Meningkatkan latihan kerja.
10.
Mengadakan program transmigrasi.
11.
Memberikan kemudahan pada investor baru untuk mendirikan industri baru.
v Upaya Mengatasi
Kemiskinan
a.
Pembangunan Sektor Pertanian :
Sektor pertanian memiliki peranan penting di dalam pembangunan karena sektor tersebut
memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pendapatan masyarakat di pedesaan
berarti akan mengurangi jumlah masyarakat miskin.
b.
Pembangunan Sumber Daya manusia :
Sumberdaya manusia merupakan investasi insani yang memerlukan biaya yang cukup
besar, diperlukan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan
masyrakat secara umum, maka dari itu peningkatan lembaga pendidikan, kesehatan
dan gizi merupakan langkah yang baik untuk diterapkan oleh pemerintah.
c.
Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat :
Mengingat LSM memiliki fleksibilitas yang baik dilingkungan masyarakat sehingga
mampu memahami komunitas masyarakat dalam menerapkan rancangan dan program
pengentasan kemiskinan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1) Pembangunan
itu harus berarti pembangunan manusia seutuhnya, bukan pembangunan dalam arti
fisik saja (bangunan, jalan, bendungan dan lain sebagainya). Pembangunan harus
dapat dirasakan secara merata oleh seluruh rakyat.
2)
Efektifitas dan efisiensi penggunaan
dana pendidikan dan kesehatan harus dapat dipertanggungjawabkan. Pemerintah
harus tegas menindak penyelewengan yang terjadi. Penggunaan dana yang efisien
dan efektif akan semakin meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan
masyarakat sehingga mampu menciptakan sumber daya manusia yang produktif.
Sumber daya manusia yang produktif menghantarkan negara pada keunggulan
komparatif sehingga mampu bersaing di dunia internasional.
3) Kunci dari
pembangunan adalah kemakmuran bersama. Pemerataan hasil pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan tujuan pembangunan yang ingin
dicapai. Tingkat pertumbuhan yang tinggi tanpa disertai pemerataan pembangunan
hanyalah menciptakan perekonomian yang lemah dan eksploitasi sumber daya
manusia.
4) Dapat
dipastikan bahwa ternyata pengangguran berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi.
Karena pengangguran memberikan dampak negatif langsung bagi perekonomian,
sehingga menyebabkan terhambatnya pertumbuhan nasional yang akibat jangka
panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Namun
tidak menutup kemungkinan untuk mengurangi pengangguran, jika kita serius dan
terus berusaha untuk mengatasi pengangguran dengan melihat penyebab terjadinya
pengangguran tersebut.
No comments:
Post a Comment